Rabu, 30 September 2015

Order Buku




Ehem.

Test
Satu dua tiga
dicoba dicoba.


Yah kayak mau ngapain aja.

Mau cerita ttg rasa kecewa yang tergumpal di dada /lah/

Hm jadi gini..

Tadi siang orderan buku saya baru dateng, ini pertama kali saya beli buku online. 

Terus ceritanya ada promo bulanan gitu, buat bulan September ini beli 4 gratis satu. Udah milih nih, 4 buku, saya order 3 novel 1 kumpulan puisi, terus kata mbak-mbak / sista olshop nya bisa milih 1 buku gratis apa aja yg blm sold. 

Lah udah seneng nih gara-gara ga dikasih limitasi harga buat buku gratisannya, langsung saya milih buku AKU nya Chairil Anwar. Terus udh deal kalo buku AKU nya buat bonus (YAY!!). 

Lalu langsung transfer sambil bayangin betapa bahagianya kalo punya buku antik itu wkwk. Ga begitu antik sih soalnya itu cetakan baru, yha tapi ttep aja oke bukunya.

Setelah menanti empat hari (dari sabtu smpe sekarang) akhirnya dateng itu paketan.
Dibungkus rapi pake kertas ijo, trs dalemnya buku ditali pake pita. Udah deg-deg an dulu mau buka package nya. Ekspektasi meroket lah gara2 deal dibonusin buku AKU haha.

Eladalah setelah dibuka..
3 Novel.. Checked
1 Kumpulan Puisi nya Zarry Hendrik.. Checked
Bonus buku.. HAH

WHAT

DOUBLE WHAT

TRIPLE WHAT

APA-APAAN INI..

KOK..

TEENLIT

T.T

Yaampun ini mah bacaan dikala senggang. Tipis pula. Snack ringan pas istirahat sekolah ini mah.

Kecewa kokoro ini </3

Mbak-mbaknya juga ga inform saya dulu pas mau ganti bonus buku nya. Seharusnya bilang dulu lah..



Dan juga cuma buku bonusan yg tersegel (firsthand maksudnya). Lainnya buku bekas. Ya emg sih utk 3 novel emg I acknowledged that those are buku bekas. Tapi utk ''Sekarangku" nya Zarry Hendrik saya liat masih segelan di olshop nya T.T tapi ini malah udh kebuka. Bukunya putih.. kotor dah kaver nya 8") #akurapopo
 


Total purchase sih ga ada 150rb buat 4 buku, ongkir nya yg mahal wkwk. Tapi rasa kecewanya itu loh yang berat banget, ga terima saya wkwk. Yah tapi bisa apa, masa buku harga 30-40rb an aja mau tuker wkwk. Terima aja lah syukur udh dikasi gratisan 1 walau random. 

Ini pertama kali nya saya kecewa sama olshop, gpp lah sekali-kali buat pengalaman, masa' puas mulu sama customer service olshop wkwk.

Yhaudahlah
Salam
Sekian. 

Selasa, 01 September 2015

Milih jurusan kuliah


Memilih jurusan.

Sesuatu yang harus dipertimbangkan benar secara matang.
Karena hal tersebut menentukan jalan yang akan kita tempuh selama 4 tahun mendatang.


Memang susah apalagi bagi yang belum menemukan passion mereka terdapat dalam bidang apa.



Menentukan jurusan apa yang dipilih memang dapat berdasar dari beberapa faktor.

Apakah memilih jurusan berorientasikan passion yg dimiliki?
Atau berorientasikan peluang kerja kedepannya sehingga lebih memilih ikatan dinas?
Ataupun berdasar pandangan ortu ataupun dipilihkan oleh orangtua?


Saya sendiri memang sudah memasang target semenjak awal masuk sekolah menengah ingin kuliah di jurusan mana.

Awalnya hanya ada 2 pertimbangan. Kemudian muncullah satu jurusan yang menarik minat saya yang sedikit kontroversial ini dikarenakan stigma negatif yang melekat padanya.

Filsafat.
Dan kemudian ketika saya tanyakan pendapat orang-orang sekitar, beginilah kurang lebih reaksi mereka

"Hah?! Seriusan?"
"Ga boleh. Kamu ga boleh masuk situ." (Dijawab dg tegas.)
"Pertimbangin lagi, mau ngapain masuk itu, prospek kerjanya kurang bro." (Jawabnya sambil ngelus dagu.)
"Boleh, ya terserah mbak aja, yang penting udh dipikir masak-masak." (Whoaa T,T)
"Sebelum masuk situ, kamu harus kencengin imanmu dan agamamu." (Ini edisi teman bijak)
"Nanti kamu bisa gila." (-_-)
"Jurusan apa itu? Emang ada? Yang dipelajari apa?" (Inipula minta dipites emg-_-)


Jawabannya memang sebagian besar negatif. Yang ngedukung cuma emak saya sist, gan 8")
Ya diakui saja, memang sudah ada pertimbangan lebih dari saya mengenai jawaban si teman bijak.


Karena, setelah melihat-lihat dari review orang yang masuk jurusan tsb malah tambah ingin. (?)

Hidup memang ganas.
Jika kita tidak mengikuti arus maka keganasannya akan lebih terasa.

Well,





Argh.


Membuat pilihan memang sulit.


Padahal kan urip ki isine gur mung milih tok kan yo.

Yha yowes lah. 

Yang sudah membudaya

Hola amigos!

This time its about cheating.

Cheating,
Yap!

Cheating.
Cheating is the getting of a reward for ability by dishonest means or finding an easy way out of an unpleasant situation. [Wikipedia]

Bukan selingkuh ya.
Nyontek. Ya maksud saya itu. 

Nyontek itu udah bukan hal yang tabu lagi bagi sebagian besar pelajar. Kenapa? Why?
Ya karena sudah terbiasa. Kebiasaan.
Dan kebiasaan tersebut muncul karena ada celah. Celah dalam sistem pendidikan semenjak dini.

Dan juga karena sikap diri. Kemauan. Keinginan. Ataupun tekanan. Baik dari orangtua yang mengharuskan anak mereka mendapat nilai bagus, ataupun dari KKM atau kriteria ketuntasan minimal yang well... sebagian besar sekolah (atau guru) mematok nilai yang tinggi.

Mungkin memang tujuannya baik, untuk memacu siswa belajar lebih giat agar mendapat nilai baik, but kenyataannya.. dalam praktiknya terjadi banyak kecurangan, yang bahkan dianggap biasa saja oleh beberapa guru yang hanya mementingkan nilai daripada kredibilitas dan kemampuan asli siswa. Sehingga menghasilkan nilai yang tidak genuine.
Saya bersyukur, orangtua saya bukan jenis orang tua yang mengharuskan anaknya mendapat nilai tinggi, mereka lebih menekankan pada kejujuran. Saya dan saudara-saudari saya didoktrin sejak dini untuk tidak menyontek. Untuk berbuat jujur, tidak berbohong dan perilaku-perilaku lainnya. Kami selalu ditanya bagaimana ulangannya, apakah kamu menyontek atau tidak. Dan yang namanya anak kecil, karena tidak bisa bohong, kadang saya tergoda untuk menyontek, dan orangtua langsung memberi beberapa pengertian ketika saya mengaku menyontek sehingga doktrin tsb tetap melekat hingga kini :)

Akan tetapi, sekuat apapun doktrin tersebut melekat dalam diri saya, lingkungan tetap mengambil andil lebih besar. Sehingga, walaupun saya tidak menyontek, saya mau tak mau harus memberi contekan kepada teman walau hanya satu jawaban. Bagaimana lagi, saya harus bisa beradaptasi dengan lingkungan yang sudah bobrok ini.

Saat ini saya duduk di tingkat akhir sekolah menengah, yang dimana ujian nasional sudah semakin dekat. Wali kelas saya berkata bahwa mulai angkatan saya, ujian sudah menggunakan CBT alias Computer Based Test. Cara beliau menyampaikan informasi tersebut membuat hal tersebut seperti sebuah momok besar bagi para siswanya. Saya memandang CBT adalah hal yang bagus, karena dapat meningkatkan kredibilitas. Tetapi tidak bagi beliau dan kawan satu kelas.

Tak habis pikir saya. Padahal mereka juga telah disupport dengan les kesana kemari. Tapi masih saja tidak percaya pada kemampuan diri sendiri dengan masih mengandalkan menyontek (Padahal saya juga begitu lol, akan tetapi tidak dgn konteks menyonteknya).

Kenapa mengandalkan meyontek ketika kita dianugerahi akal pikiran? Sekali dua kali masih bisa ditolerir, akan tetapi, jika semua jawaban digantungkan pada hasil menyontek? Haft. Apakah kalian bangga dengan hasil kalian menyontek itu? Banyak sekali pertanyaan yang ingin kulontarkan pada mereka yang sayangnya saya tak punya keberanian untuk melontarkannya.

Yang masih tak bisa saya percayai adalah, ada beberapa teman, spesifiknya seorang teman yang memang saya tau benar ia anak yang jujur. Biasanya tak pernah menyontek, ah lebih tepatnya jarang sekali menyontek.

Akan tetapi pada sebuah tes, yang memang guru yg memangku mapel tsb benar-benar tak mau ambil pusing dengan anak-anak yg menyontek, membiarkan saja mereka yg berbuat curang. Hampir seluruh populasi siswa satu kelas menggunakan HP utk searching jawaban.

Dan.. ketika saya mengedarkan pandangan ke kawan saya satu itu, whoa, i couldnt believe kalau segampang itu dia membiarkan idealisme nya ttg tidak menyontek gugur. Saya melihat dia searching menggunakan HP.

Sial. Umpat saya saat itu. Menjaga idealisme agar tidak goyah memang sulit. Benar sulit. Apalagi dengan lingkungan yang sudah memiliki budaya buruk seperti itu.



Tak bisakah yang sudah membudaya diubah sedikit demi sedikit?



 

Copyright © Upside down | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | BTheme.net      Up ↑